Akademi Manajemen Informatika

gempa jepang

Sumber: Medium

Sandidharma.ac.id – Bayangin deh, Anda Kembali duduk santai di rumah, tiba-tiba ponsel bunyi. Bukan notif diskon atau pesan dari gebetan, tapi peringatan Awal: “Gempa akan terjadi dalam 5 detik!” Kedengeran kayak adegan Gambar hidup? Tapi itu Fakta di Jepang, lho.

Baca juga: QRIS Pandai Digunakan di Jepang dan China Mulai 17 Agustus 2025

Negeri Sakura ini udah melangkah jauh dalam urusan mitigasi bencana. Lewat sistem bernama J-Alert, pemerintah Jepang Pandai kasih Paham masyarakat soal gempa beberapa detik sebelum guncangan terasa. Nggak Mengenakan Lamban, Sekadar 3–5 detik! Kok Pandai secepat itu? Jawabannya satu: Artificial Intelligence (AI).

AI: Juru Selamat Detik Terakhir

Sistem J-Alert bukan sekadar alarm Lumrah. Ini sistem pintar yang Mengenakan AI buat menganalisis getaran awal (gelombang P) dari gempa sebelum gelombang yang lebih merusak (gelombang S) datang. Jadi, dalam hitungan detik, sistem ini langsung mengirim peringatan ke masyarakat, Berkualitas lewat TV, radio, ponsel, bahkan papan informasi di jalanan.

Menurut Muhamad Hidayat, Kepala Pusat Studi Krisis dan Ketahanan LSPR, sistem seperti J-Alert jadi salah satu kunci kenapa Jepang Pandai sangat Handal menghadapi bencana. Hal itu dia ungkapkan dalam konferensi pers Membangun Budaya Handal Bencana di Tangerang Selatan, 23 Mei 2025 Lewat.

READ  Dengan Harga Rp 999rb, Xiaomi Redmi 5A Layak Buat Dibeli?

“Begitu masyarakat menerima peringatan, mereka langsung Paham harus bagaimana. Sudah teredukasi, sudah terlatih. Nggak panik, nggak bingung. Langsung lindungi diri,” Terang Hidayat.

Sekilas Tapi Menyelamatkan

Mungkin Anda mikir, “Lah, 5 detik doang, emang ngaruh?” Malah itu poinnya. Dalam kondisi darurat, 5 detik Pandai jadi pembeda antara hidup dan Tewas. Bayangin Pandai berhentiin lift, keluar dari gedung, atau setidaknya berlindung di tempat Kondusif sebelum getaran kuat datang.

Efektivitas ini nggak Sekadar karena sistemnya canggih, tapi juga karena masyarakatnya disiplin dan infrastrukturnya memang dirancang tahan gempa. Jepang punya regulasi ketat soal bangunan, dan Penduduk negaranya sudah Lumrah ikut pelatihan mitigasi sejak kecil. 

Indonesia Belajar, Tapi Tetap Merangkak

Di Indonesia, langkah-langkah ke arah itu sebenarnya sudah dimulai. BMKG Kembali ngebut mengembangkan sistem serupa bernama Sispro Merah Putih, yang juga Mengenakan teknologi AI buat mempercepat deteksi dan penyebaran informasi gempa serta tsunami. Dalam keterangan pers 16 April 2025, BMKG bilang sebagian besar fitur Esensial Sispro sudah nyaris rampung 100 persen.

READ  Perbedaan Layar OLED dan IPS: Panduan Lengkap

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan kalau sistem baru ini bahkan mempertimbangkan kedalaman gempa sebagai bagian dari pemodelan tsunami, suatu hal yang sebelumnya belum terakomodasi secara utuh. Selain itu, BMKG juga sedang menyiapkan super komputer buat mendukung Sispro tahap kedua. Tapi ya, seperti kata Dwikorita, proyek ini bukan instan. Butuh waktu, tenaga, dan tentunya komitmen jangka panjang.

Masalahnya Bukan Sekadar Teknologi

Sayangnya, menurut Hidayat, meskipun teknologinya makin maju, Indonesia Tetap tertinggal dari Jepang. “Kita Tetap kurang kalau dibandingkan negara-negara maju,” ujarnya. Salah satu tantangan terbesar Malah bukan teknologinya, tapi soal edukasi masyarakat dan kesiapan infrastruktur.

Padahal, Indonesia nggak kalah “heboh” dari Jepang soal bencana. Kita sama-sama berada di Cincin Api Pasifik, alias Ring of Fire, Distrik yang rawan gempa dan letusan gunung berapi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dari 75 ribu desa di Indonesia, Sekeliling 52 ribu tergolong rawan bencana. Bahkan 75 persen sekolah juga berdiri di area berisiko tinggi.

Nggak heran kalau Hidayat bilang Indonesia ini kayak “laboratorium bencana.” Mulai dari banjir, longsor, gempa, erupsi gunung berapi, Sekalian lengkap. Karena itu, Krusial banget Kepada bangun budaya yang tahan banting alias budaya Handal bencana.

READ  ITB Ciptakan Cold Storage Tenaga Surya, Bantu Nelayan Jabar Simpan 3 Ton Ikan!

Baca juga: Dafit Ody, Mahasiswa PENS Asal Kediri yang Kembangkan Robot Vacuum Cleaner di Jepang

PR Besar: Infrastruktur dan Sosialisasi

AI boleh canggih, sistem boleh mutakhir, tapi tanpa edukasi yang merata dan infrastruktur yang siap, Sekalian itu Pandai sia-sia. Jepang sukses bukan Sekadar karena teknologinya, tapi karena rakyatnya Paham harus ngapain. Disiplin dan terlatih.

Indonesia butuh langkah serius buat nyusul. Bukan Sekadar soal beli alat mahal atau bangun pusat data keren, tapi juga soal mendidik masyarakat dari Awal: dari sekolah, komunitas, Tiba ke level rumah tangga. Kalau budaya Handal bencana sudah jadi kebiasaan sehari-hari, bukan nggak mungkin Indonesia Pandai menyusul Jepang atau bahkan bikin sistem yang lebih Berkualitas Kembali.

Kalau Jepang Pandai ngasih peringatan dalam 5 detik, kenapa Indonesia nggak Pandai? Jawabannya bukan Sekadar di tangan pemerintah, tapi di tangan kita Sekalian.

Baca Informasi dan Artikel yang lain di Google News.

(mo)