Sumber: AFP/Brandon Bell/Getty Images
Teknolog.id – Elon Musk, tokoh kontroversial sekaligus visioner di balik Tesla dan SpaceX, Formal mengundurkan diri dari jabatan strategisnya sebagai kepala Department of Government Efficiency (DOGE) di Rendah pemerintahan Presiden Amerika Perkumpulan, Donald Trump. Keputusan tersebut diumumkan menjelang akhir Mei 2025, dengan masa jabatan Musk berakhir Formal pada 30 Mei.
Baca juga: Drama Baru Elon Musk: Cabut dari Pemerintahan Trump, Sempat Kecewa Berat Sama RUU
DOGE sendiri merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintahan Trump sebagai bagian dari janji kampanyenya: memangkas birokrasi dan memaksimalkan efisiensi pengeluaran pemerintah federal. Musk dipercaya memimpin departemen tersebut karena latar belakangnya sebagai pengusaha yang dikenal piawai dalam hal Hasil karya dan efisiensi operasional.
Tetapi, masa jabatan Musk Tak berjalan mulus. Setelah dua tahun menjabat, ia akhirnya memilih angkat kaki dari dunia pemerintahan. Dalam sebuah wawancara dengan CBS Sunday Morning, Musk menuturkan bahwa ia Tak selalu sependapat dengan pemerintahan Trump, meskipun ia menghargai banyak langkah yang telah diambil. Ia mengakui adanya sejumlah pandangan yang berbeda dan merasa Tak leluasa Buat menyampaikan ketidaksepakatannya secara terbuka karena khawatir memicu konflik politik yang Tak perlu.
Salah satu isu Penting yang memicu keretakan antara Musk dan pemerintahan adalah kebijakan tarif impor. Menurut Musk, kebijakan tersebut berdampak luas terhadap berbagai sektor, termasuk industri otomotif dan teknologi, yang merupakan jantung dari bisnis-bisnisnya. Meski ia memahami bahwa keputusan akhir Terdapat di tangan presiden, ia tetap merasa bahwa pendekatan tersebut berlawanan dengan semangat efisiensi dan keterbukaan pasar yang ia anut.
Ketegangan antara Musk dan kebijakan fiskal Trump semakin memuncak Begitu munculnya Rancangan Undang-Undang bertajuk “Big Beautiful Bill”. RUU ini dianggap Musk sebagai kebijakan yang bertolak belakang dengan misi DOGE, karena berisiko membebani anggaran negara. Ia menilai bahwa rencana pengeluaran besar-besaran dalam RUU tersebut Malah akan memperlebar defisit negara, bukan memangkasnya, seperti yang selama ini menjadi Pusat perhatian DOGE.
Musk juga mengaku sempat merasa terjebak dalam dilema antara menjalankan peran di pemerintahan dan mempertahankan prinsip-prinsip efisiensi yang selama ini ia junjung. Ia enggan menyampaikan kritik secara blak-blakan karena takut akan dianggap sebagai pengkhianatan terhadap pemerintahan yang mempercayainya.
Sejak awal kemunculannya, DOGE memang menjadi pusat perhatian. Departemen ini kerap dituding sebagai biang keladi setiap kali Terdapat isu pemangkasan anggaran atau efisiensi berlebihan. Musk menyatakan bahwa DOGE sering menjadi kambing hitam dalam kebijakan-kebijakan kontroversial, meski Tak Seluruh keputusan diambil langsung oleh timnya.
Dengan selesainya masa jabatan di DOGE, Musk kini memilih Buat kembali Pusat perhatian menjalankan perusahaannya. Dalam pernyataan pada sesi earning call Tesla yang berlangsung April Lewat, ia menyampaikan bahwa akan mengalokasikan lebih banyak waktunya Buat Tesla dan SpaceX, setelah sebagian besar tugas di DOGE dianggap telah selesai.
Presiden Trump pun sebelumnya telah mengisyaratkan bahwa masa jabatan Musk Tak akan diperpanjang. Ia menyebut Musk sebagai sosok luar Normal, Tetapi menyadari bahwa Musk Mempunyai tanggung jawab besar di dunia bisnis yang menuntut perhatiannya penuh.
Selama menjabat sebagai kepala DOGE, Musk Tak menerima gaji dari pemerintah federal dan Tak diwajibkan Buat melaporkan kekayaannya secara publik. Ia berstatus sebagai “pegawai Spesifik pemerintah”, yang secara hukum hanya boleh bekerja maksimal 130 hari per tahun. Status ini Membangun perannya Tak Normal dan bahkan menuai kritik karena ia adalah pebisnis aktif yang turut Adonan dalam urusan birokrasi negara.
Terlepas dari kritik dan sorotan, Tak Dapat dimungkiri bahwa Musk sempat memberikan Rona tersendiri dalam dinamika pemerintahan Trump. Langkah-langkah efisiensi yang ia terapkan di DOGE menuai hasil positif di beberapa sektor, Tetapi juga menimbulkan resistensi di sisi lain, terutama dari lembaga dan masyarakat yang terdampak oleh pemangkasan anggaran.
Kini, dengan kembalinya Musk ke dunia korporasi, publik menantikan gebrakan baru dari tokoh eksentrik ini di bidang kendaraan listrik, eksplorasi luar angkasa, serta kecerdasan buatan. Sementara itu, nasib DOGE sendiri Lagi menjadi tanda tanya besar, “Akankah departemen efisiensi ini bertahan dengan pemimpin baru, atau Malah dibubarkan seiring meredupnya pengaruh Musk di lingkar pemerintahan?”
Baca juga: Elon Musk vs Bill Gates: Duel Dua Miliarder yang Bikin Dunia Tercengang
Jejak Elon Musk di Pemerintahan
Musk sebelumnya dikenal sebagai salah satu pendukung kuat Donald Trump, bahkan tergabung dalam tim kampanye dan sempat memberikan hadiah Doku Kontan melalui petisi. Tetapi, kedekatan personal itu tak Bisa menghalangi perbedaan pendapat di ranah kebijakan.
Mundurnya Musk dari DOGE menandai akhir dari fase Istimewa dalam kariernya, yakni sebagai pengusaha teknologi yang terlibat langsung dalam pemerintahan. Kini, dunia menanti langkah baru dari Elon Musk setelah kembali ke Area yang lebih familiar: Hasil karya teknologi dan eksplorasi luar angkasa.
Baca Informasi dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)