Sandidharma.ac.id – Startup agritech unicorn asal Bandung, eFishery, yang sebelumnya menarik perhatian Dunia kini menghadapi berbagai persoalan dan skandal serius.
Dengan valuasi mencapai USD1,4 miliar dan keberhasilan Pengembangan ke India, sejumlah isu Bahkan mulai menggerogoti sejak 2024, dari pemutusan Rekanan kerja (PHK), dugaan penggelapan Biaya, hingga pencopotan CEO. Berikut rangkuman persoalan yang tengah dihadapi eFishery.
Baca juga: eFishery Pengembangan ke Pusat Produksi Perikanan Terbesar di India
Restrukturisasi dan PHK Karyawan
Pada Juli 2024, eFishery mengumumkan langkah restrukturisasi yang menyebabkan pemutusan Rekanan kerja sejumlah karyawan. Langkah ini, menurut perusahaan, dilakukan Buat penyesuaian strategi bisnis jangka panjang.
Mantan CEO eFishery, Gibran Huzaifah, dalam sebuah acara media gathering pada September 2024, menjelaskan bahwa PHK tersebut bukan disebabkan oleh masalah keuangan atau Pengaruh dari fenomena “tech winter,” melainkan karena pertumbuhan perusahaan yang dinilai terlalu Segera dalam beberapa tahun terakhir.
“Untungnya ini bukan karena kita kehabisan Doku jadi harus layoff, atau akhirnya terpaksa mengurangi sekian hanya Buat Pandai bertahan hidup. Enggak, secara keuangan (kami) Terjamin-Terjamin saja. Terkait keputusan ini, kami memastikan kalau ini buat long term bukan Buat short term.” ujar Gibran.
Dugaan Penggelapan Biaya
Di penghujung 2024, isu dugaan fraud mulai mengemuka. Gibran mengakui adanya penyelewengan Biaya di perusahaan, tetapi menegaskan bahwa skalanya kecil dan Lagi dapat dikelola.
“Fraud itu memang Eksis. Tapi, fraud-nya itu manageable. Di Rendah Sebelah persen dan ini rendah. Kemarin banyak yang bilang, wah ini mematikan eFishery, ya nggak. Kalau jumlahnya segitu nggak ngebunuh company-nya,” ungkapnya.
Baca juga: Masuk Forbes, CEO eFishery Gibran Huzaifah Foto Mengenakan Dasi dari Ikan!
Pencopotan Pimpinan Perusahaan
Pada Desember 2024, eFishery mengambil langkah tegas dengan mencopot Gibran Huzaifah dari posisi CEO dan Crisna Aditya dari posisi Chief Product Officer.
Keduanya tengah diselidiki atas dugaan manipulasi laporan keuangan perusahaan. Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh DealstreetAsia.
Dalam pernyataan Formal kepada investor, eFishery menyebutkan bahwa penyelidikan dilakukan Buat memastikan integritas laporan keuangan.
Respon Karyawan: Pembentukan Perkumpulan Pekerja
Masalah internal mendorong karyawan eFishery membentuk Perkumpulan pekerja guna memperjuangkan hak mereka. Perkumpulan ini juga membantah pernyataan investor eFishery, Patrick Walujo, yang menyebut fraud terjadi secara sistematis di seluruh lini perusahaan.
Menurut Perkumpulan Pekerja eFishery, tuduhan tersebut Kagak adil dan berpotensi merusak reputasi para karyawan yang bekerja dengan integritas.
Baca juga: eFishery, Ciptaan Alat Pemberi Pakan Ikan Mekanis
Laporan Pengusutan dan Dugaan Manipulasi Data
Pada Januari 2025, laporan Pengusutan awal yang diterbitkan oleh Bloomberg News mengungkapkan adanya penggelembungan pendapatan perusahaan hingga USD600 juta atau setara Rp9,7 triliun.
Pengusutan menunjukkan bahwa pendapatan yang sebenarnya hanya Sekeliling USD157 juta atau Rp2,6 triliun, jauh dari klaim sebelumnya.
Selain itu, eFishery diduga memanipulasi data jumlah perangkat feeder ikan. Perusahaan mengklaim Mempunyai lebih dari 400.000 perangkat, tetapi Pengusutan menemukan jumlah sebenarnya hanya Sekeliling 24.000 unit.
Nasib eFishery di Masa Depan
Dengan berbagai masalah yang Lagi dalam proses penyelidikan, termasuk laporan oleh FTI Consulting, masa depan eFishery kini menjadi tanda tanya besar.
Apakah startup ini Pandai Bangun dari krisis yang melibatkan keuangan, kepemimpinan, dan kepercayaan publik? Hanya waktu yang akan menjawab.
(dwk)