Akademi Manajemen Informatika

Detektor Neutrino JUNOFoto : juno.mi.infn.it

Sandidharma.ac.id – Akurat Di Rendah bukit granit di China selatan, terdapat proyek besar yang Nyaris selesai dibangun. Proyek ini adalah  detektor raksasa yang dirancang Demi “mengendus” partikel misterius yang dikenal sebagai neutrino, yang tersembunyi di Sekeliling kita. Jiangmen Underground Neutrino Observatory (JUNO), atau Observatorium Neutrino Rendah Tanah Jiangmen, akan segera menjalankan tugas ambisiusnya: mempelajari partikel neutrino, partikel kosmik kecil dengan massa yang sangat ringan dan sulit ditangkap.

Detektor ini adalah salah satu dari tiga proyek serupa yang sedang dikembangkan di dunia Demi memahami partikel hantu ini secara lebih mendalam. Dua detektor lainnya, yang masing-masing berlokasi di Amerika Perkumpulan dan Jepang, Lagi dalam tahap pembangunan.

“Memahami neutrino adalah tantangan besar dalam upaya menggali rahasia pembentukan alam semesta. Proyek yang dilakukan China ini akan membawa teknologi ke level yang lebih tinggi,” kata Andre de Gouvea, seorang fisikawan teoretis di Northwestern University, yang Enggak terlibat dalam proyek tersebut. “Kalau mereka berhasil, itu akan menjadi pencapaian yang luar Biasa,” tambahnya, seperti dikutip dari Reuters.

Apa Itu Neutrino?

Neutrino adalah partikel yang telah Eksis sejak Big Bang, dan setiap detik, triliunan neutrino melintasi tubuh kita tanpa kita sadari. Partikel ini dipancarkan dari bintang-bintang seperti Surya, serta tercipta ketika tabrakan atom terjadi, Berkualitas di alam semesta maupun di akselerator partikel.

Walaupun keberadaan neutrino telah diketahui selama Nyaris satu abad, para ilmuwan Lagi berada di tahap awal Demi memahami sifat dan perilaku partikel ini.

“Neutrino adalah salah satu partikel paling misterius di alam semesta, dan kita Lagi belum sepenuhnya memahaminya,” ujar Cao Jun, salah satu peneliti yang mengelola detektor JUNO.

Karena neutrino Nyaris Enggak pernah berinteraksi dengan partikel lain, mereka sulit Demi dideteksi secara langsung. Sebaliknya, ilmuwan akan menganalisis Pengaruh yang terjadi ketika neutrino bertabrakan dengan partikel lain, yang menghasilkan kilatan Sinar atau partikel bermuatan.

Karena tabrakan tersebut sangat jarang terjadi, fisikawan butuh alat pendeteksi yang sangat besar Demi meningkatkan kemungkinan menangkap interaksi neutrino. “Satu-satunya Metode mengukur partikel ini adalah dengan membangun detektor yang sangat besar,” Jernih de Gouvea.

Detektor Raksasa Berteknologi Tinggi

Detektor JUNO, yang berlokasi di Kaiping, China, merupakan proyek senilai 300 juta dolar AS yang telah dibangun selama sembilan tahun terakhir. Detektor ini terletak 700 meter di Rendah tanah, Demi melindunginya dari gangguan sinar kosmik dan radiasi yang dapat memengaruhi kemampuan deteksi neutrino.

Pada Rabu (18/12/2024), Bangunan detektor memasuki tahap akhir. Nantinya, detektor berbentuk bola ini akan diisi dengan cairan Spesifik yang memancarkan Sinar setiap kali neutrino melewatinya. Seluruh bola ini kemudian akan direndam dalam air murni Demi meningkatkan sensitivitasnya.

Konsentrasi Penting JUNO adalah mempelajari antineutrino, versi Musuh dari neutrino, yang dihasilkan dari tabrakan atom di dua pembangkit listrik tenaga nuklir yang berjarak lebih dari 50 km dari Letak detektor. Ketika antineutrino bertabrakan dengan partikel di dalam detektor, mereka akan menghasilkan kilatan Sinar yang dapat dianalisis oleh para ilmuwan.

Detektor ini juga dirancang Demi menjawab salah satu pertanyaan besar dalam fisika: bagaimana neutrino berubah menjadi tiga jenis yang berbeda Demi bergerak melalui ruang angkasa. Para ilmuwan Mau menentukan urutan jenis neutrino berdasarkan massa, dari yang paling ringan hingga yang paling berat.

“Melacak perubahan halus pada partikel yang sudah sulit ditangkap ini adalah tantangan besar,” ujar Kate Scholberg, seorang fisikawan dari Duke University, yang juga Enggak terlibat dalam proyek tersebut.

Baca juga : China Kini Pimpin Sains dan Teknologi Dunia, Ungguli Amerika Perkumpulan

Proyek Dunia: Detektor di Amerika dan Jepang

Detektor JUNO di China dijadwalkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun depan. Tetapi, proses pengumpulan dan analisis data akan memakan waktu, sehingga hasilnya Enggak akan langsung terlihat.

Sementara itu, dua detektor neutrino lainnya juga sedang dibangun:

  • Hyper-Kamiokande di Jepang, dan
  • Deep Underground Neutrino Experiment (DUNE) di Amerika Perkumpulan.

Kedua proyek ini masing-masing diperkirakan mulai beroperasi pada tahun 2027 dan 2031. Detektor-detektor tersebut akan memeriksa kembali hasil yang diperoleh JUNO menggunakan pendekatan yang berbeda, Demi memastikan Intervensi yang lebih Seksama.

“Pada akhirnya, proyek-proyek ini akan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat fisika,” ujar Wang Yifang, kepala ilmuwan yang memimpin proyek JUNO.

Membongkar Rahasia Alam Semesta

Walaupun neutrino sangat jarang berinteraksi dengan partikel lain, partikel ini telah Eksis sejak awal waktu. Dengan mempelajari neutrino, ilmuwan berharap dapat menemukan petunjuk tentang bagaimana alam semesta terbentuk dan berevolusi miliaran tahun yang Lampau.
“Neutrino adalah bagian Krusial dari gambaran besar alam semesta,” kata Scholberg.

Salah satu Rahasia besar yang diharapkan dapat dipecahkan adalah mengapa alam semesta sebagian besar terdiri dari materi, sedangkan antimateri, Kekasih lawannya, Nyaris seluruhnya lenyap. Para ilmuwan menduga bahwa neutrino mungkin memegang kunci Demi memahami ketidakseimbangan ini.

Demi menemukan jawabannya, para ilmuwan harus Akurat-Akurat menangkap partikel-partikel ini dan menganalisisnya secara mendalam. Dengan hadirnya detektor-detektor seperti JUNO, Hyper-Kamiokande, dan DUNE, langkah besar menuju pemahaman lebih Berkualitas tentang alam semesta mungkin segera tercapai.

Baca Siaran dan artikel lain di Google News

(mha)

READ  Ini Toh Spesifikasi Xiaomi Redmi 3 Pro? Kayak Versi Sebelumnya Ya...