Akademi Manajemen Informatika

Halo, selamat datang di [Ruang Developer Blog][1]. Dalam dunia pengembangan aplikasi terdapat beberapa jenis arsitektur yang dapat diterapkan, salah satunya adalah Microservices Architecture.

Pengertian Microservices Architecture

Arsitektur mikroservis adalah gaya arsitektur yang menyusun aplikasi sebagai kumpulan layanan yang sangat dapat dipelihara dan diuji, dapat digunakan secara Sendiri, dan terorganisir. Jenis arsitektur ini memungkinkan pengiriman aplikasi besar dan kompleks yang Segera dan handal.

Arsitektur mikroservis adalah metode Spesifik Buat mengembangkan sistem perangkat lunak yang berfokus pada modul fungsi tunggal dengan antarmuka dan operasi yang terdefinisi dengan Berkualitas. Arsitektur mikroservis semakin Terkenal beberapa tahun terakhir.

Ciri Microservices Architecture

Terdapat enam Ciri arsitektur mikroservis sebagai berikut:

1. Multiple Components

Aplikasi yang dibangun menggunakan arsitektur mikroservis dapat dipecah menjadi beberapa komponen. Tiap komponen inilah yang disebut sebagai satu buah servis. Pemecahan ini bertujuan agar tiap komponen dapat dideploy, dimodifikasi, dan deploy ulang secara independen tanpa harus mempengaruhi keseluruhan aplikasi.

2. Built For Business

Arsitektur mikroservis diatur berdasarkan kapabilitas dan prioritas bisnis. Tak seperti pengembangan monolitik tradisional, di mana masing-masing tim berfokus pada bagian tertentu seperti UI, database, stack, atau logika. Arsitektur mikroservis menganut konsep tim lintas fungsi. Tanggung jawab masing-masing tim adalah Membikin produk tertentu berdasarkan satu atau lebih layanan individu.

READ  Pengertian PaaS Beserta Misalnya dan Karakteristiknya

3. Simple Routing

Arsitektur mikroservis bertindak seperti sistem UNIX klasik, mereka menerima permintaan, memproses, kemudian menghasilkan respons yang sesuai.

4. Decentralized

Karena arsitektur mikroservis melibatkan berbagai Jenis teknologi dan platform, maka metode tata kelola terpusat Tak Tengah efisien Buat diterapkan. Sebaliknya, arsitektur mikroservis menggunakan metode tata kelola terdesentralisasi karena para developer berusaha keras Buat menghasilkan alat yang Bermanfaat yang kemudian dapat digunakan oleh orang lain Buat memecahkan masalah yang sama. Pada aplikasi yang menerapkan arsitektur mikroservis, tiap servis biasanya mengelola database mereka masing-masing.

5. Failure Resistant

Arsitektur mikroservis dirancang Buat mencegah kegagalan. Karena beberapa servis yang Spesial dan Berbagai Jenis saling berkomunikasi, maka sangat mungkin Kalau sebuah servis dapat gagal karena suatu Argumen. Dalam hal ini, klien harus membolehkan servis yang lain tetap berfungsi Ketika Terdapat servis yang gagal. Memantau arsitektur mikroservis dapat mencegah kegagalan. Tetapi, persyaratan ini Membikin arsitektur mikroservis Mempunyai kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan arsitektur monolitik.

READ  Mengenal Jaringan Routing beserta 2 Jenisnya dan Fungsinya

6. Evolutionary

Arsitektur mikroservis adalah jenis arsitektur yang sangat evolusioner. Banyak aplikasi yang awalnya menggunakan arsitektur monolitik, Tetapi karena terdapat beberapa kelemahan yang muncul Membikin aplikasi tersebut secara perlaha beralih ke jenis arsitektur mikroservis dengan tetap berinteraksi pada sistem monolitik yang Pelan melalui Application Programming Interface (API).

Kelebihan dan kekurangan Microservices Architecture

Kelebihan

  1. Arsitektur mikroservis memberi pengembang kebebasan Buat mengembangkan dan menyebarkan layanan secara Sendiri
  2. Dapat dikembangkan oleh tim yang kecil
  3. Kode Buat layanan yang berbeda dapat ditulis dalam bahasa yang berbeda (meskipun banyak praktisi Tak menyarankannya)
  4. Integrasi yang mudah dan penerapan Mekanis (menggunakan alat integrasi berkelanjutan sumber terbuka seperti Jenkins, Hudson, dll.)
  5. Mudah dipahami dan dimodifikasi Buat pengembang, sehingga dapat membantu Member tim baru menjadi produktif dengan Segera
  6. Pengembang dapat menggunakan teknologi terbaru
  7. Kode diatur berdasarkan kemampuan bisnis
  8. Memulai penampung web lebih Segera, sehingga penerapannya juga lebih Segera
  9. Ketika perubahan diperlukan di bagian tertentu dari aplikasi, hanya layanan terkait yang dapat dimodifikasi dan digunakan kembali—Tak perlu memodifikasi dan menerapkan ulang seluruh aplikasi
  10. Isolasi kesalahan yang lebih Berkualitas: Kalau satu layanan mikro gagal, layanan mikro lainnya akan Lalu bekerja (walaupun satu area bermasalah dari aplikasi monolit dapat membahayakan seluruh sistem)
  11. Mudah Buat dikembangkan dan diintegrasikan dengan layanan pihak ketiga
  12. Tak Terdapat komitmen jangka panjang Buat tech stack yang digunakan
READ  Definisi, Metode Kerja, dan 8 Tekniknya

Kekurangan

  1. Karena penyebaran terdistribusi, pengujian Pandai menjadi rumit dan membosankan
  2. Peningkatan jumlah layanan dapat mengakibatkan hambatan informasi
  3. Arsitektur ini membawa kompleksitas tambahan karena pengembang harus mengurangi toleransi kesalahan, latensi jaringan, dan menangani berbagai format pesan serta penyeimbangan beban
  4. Menjadi sistem terdistribusi, dapat mengakibatkan duplikasi usaha
  5. Ketika jumlah layanan meningkat, integrasi dan pengelolaan seluruh produk dapat menjadi rumit
  6. Selain beberapa kompleksitas arsitektur monolitik, pengembang harus berurusan dengan kompleksitas tambahan dari sistem terdistribusi
  7. Pengembang harus melakukan upaya tambahan Buat menerapkan mekanisme komunikasi antar layanan
  8. Menangani kasus penggunaan yang menjangkau lebih dari satu layanan tanpa menggunakan transaksi terdistribusi Tak hanya sulit tetapi juga membutuhkan komunikasi dan kerja sama antara tim yang berbeda