Akademi Manajemen Informatika

Tertipu lowongan kerja, anak muda Indonesia disekap dan dipaksa menipu pakai AI di kamp Myanmar dan Kamboja.

Sumber: Freepik

Sandidharma.ac.id – Di era digital yang serba Segera, banyak anak muda Indonesia bermimpi bekerja di dunia teknologi Mendunia. Tawaran lowongan kerja dengan gaji besar dan kesempatan tinggal di luar negeri begitu menggoda, terutama di platform seperti Telegram dan Facebook. Tapi di balik janji-janji manis itu, tersembunyi mimpi Jelek yang mengerikan: penipuan, penyekapan, hingga Pemanfaatan oleh sindikat kriminal Dunia.

Baca juga: Breaking! Gempa M 7,7 Guncang Myanmar hingga Thailand, Jembatan dan Gedung Runtuh!

Fenomena ini bukan fiksi. Dalam laporan Penyelidikan terbaru dari Rest of The World berjudul “AI scam factories force trafficked workers to defraud Mendunia victims,” ratusan hingga ribuan anak muda Indonesia menjadi korban jaringan perdagangan Orang berkedok lowongan kerja digital.

Dari Influencer Jadi Korban

Salah satu korban bernama Dicky Wahyudin, pria 25 tahun asal Jawa Barat yang semula mengira dirinya akan bekerja sebagai digital marketer di perusahaan e-commerce ternama di Asia Tenggara. Sebagai influencer media sosial, Dicky sangat antusias Demi membaca lowongan kerja itu di Telegram. Ia bahkan membawa perlengkapan kontennya, dari kostum hingga sepatu, karena Tentu akan menciptakan konten menarik dari Thailand.

Tetapi realitas Mengucapkan lain. Setibanya di Bandara Bangkok, ia Malah diculik dan dibawa ke Myanmar. Di sana, ia dikurung dalam kompleks berdinding tinggi dan dijaga ketat. Tugasnya? Menipu orang-orang di aplikasi kencan China agar menginvestasikan Doku mereka ke dalam platform Imitasi. Targetnya bukan main: minimal 10.000 dollar AS per bulan dari setiap korban.

READ  AnyDesk Aplikasi Terbaik Agar WFH Mu Lebih Powerful

Teknologi canggih jadi senjata Primer. Dari deepfake hingga voice cloning, semuanya digunakan Kepada Membangun tipuan lebih meyakinkan. Panggilan video dengan Paras Imitasi, Bunyi hasil rekayasa AI dari potongan audio 20 detik, hingga interaksi manis penuh Kasih dibuat hanya Kepada satu tujuan, menguras Doku korbannya.

Lulusan IT pun Terjebak

Dicky bukan satu-satunya. Seorang lulusan IT berusia 26 tahun dari Sumatera Barat juga mengalami nasib serupa. Setelah gagal menjalani bisnis distribusi buah, ia mencoba kembali ke dunia IT dan menemukan lowongan sebagai spesialis SEO di perusahaan yang katanya berbasis di Singapura.

Setelah menjalani wawancara lewat Telegram, ia diterbangkan ke Kamboja dan ditempatkan di sebuah “kantor satelit.” Tapi semuanya berubah ketika paspornya disita. Ia dikirim ke kompleks yang dijaga bersenjata, dipaksa bekerja 15 jam sehari Kepada menipu orang dari berbagai negara.

Ia mengaku harus berpura-pura Anjlok Kasih pada Sasaran lewat media sosial dan aplikasi kencan. Bahkan ia menggunakan teknologi deepfake Kepada tampil sebagai Perempuan Elok di video call, dan menyamar dengan Bunyi AI. Targetnya gila-gilaan: 40.000 dollar per bulan. Kalau gagal, ia dijual ke kamp penipuan lain.

READ  Penyebab Baterai Smartphone Segera Boros

Selama di sana, ia hanya dibayar kurang dari Sebelah dari gaji yang dijanjikan.

Mimpi Jelek Ribuan Anak Muda

Kementerian Luar Negeri Indonesia mencatat bahwa sejak 2020, lebih dari 6.700 Kaum negara Indonesia menjadi korban penipuan lowongan kerja Imitasi. Mayoritas korban adalah anak muda yang Mau bekerja Elastis di bidang teknologi, suatu mimpi yang berakhir di balik tembok kompleks penipuan.

Penipuan yang dilakukan dari kamp-kamp ini telah menyebabkan kerugian Mendunia yang luar Lazim. Komisi Perdagangan Federal Amerika Perkumpulan mencatat bahwa Kaum AS kehilangan 12,5 miliar dollar hanya tahun Lewat akibat penipuan investasi, banyak di antaranya berasal dari kamp penipuan seperti ini. Total keuntungan sindikat ini secara Mendunia diperkirakan mencapai 40 miliar dollar AS per tahun.

Perlawanan dari Pemerintah dan Platform

Menteri Perlindungan Pekerja Migran, Abdul Kadir Karding, menyebut bahwa pemerintah Indonesia telah menghentikan lebih dari 7.000 rekrutmen ilegal secara online. Sebuah divisi Spesifik pun dibentuk Kepada menangani kejahatan ini.

Sementara itu, platform digital seperti Telegram dan Meta mengklaim telah mengambil tindakan. Telegram menyatakan bahwa sistem anti-spam mereka memblokir jutaan pesan penipuan setiap hari. Meta menyebut telah menghapus lebih dari 7 juta akun sejak 2024, dan bekerja sama dengan penegak hukum lintas negara.

READ  Smartfren Perkenalkan Produk Bundling HiSense PureShot+ 2 Bonus Kuota Data 30GB

Tetapi Ahli keamanan siber Alfons Tanujaya menilai langkah-langkah ini Tetap belum cukup. Menurutnya, skema penipuan ini sangat mudah direplikasi. “Hanya butuh satu-dua orang buat bikin sistem penipuan seperti ini. Bahkan pekerja tak terampil Pandai belajar alurnya dalam sehari,” katanya.

Baca juga: Mengapa Indonesia ‘Tenang’ Terhadap Perebutan kekuasaan Militer di Myanmar?

Jalan Panjang Menuju Perlindungan

Kisah-kisah memilukan dari Dicky dan banyak korban lainnya adalah alarm keras bagi kita Segala. Dunia kerja digital memang menjanjikan kemudahan dan kemewahan, tapi tanpa edukasi dan kewaspadaan, Pandai menjadi jebakan yang mengerikan.

Di Demi dunia semakin terhubung lewat teknologi, penipuan pun ikut berevolusi. Bukan Kembali sekadar email warisan jutawan Nigeria, melainkan kini melibatkan teknologi tinggi dan strategi psikologis yang kompleks.

Indonesia mungkin baru mulai melawan, tapi pertempuran melawan sindikat penipuan AI ini Tetap panjang. Dan di tengah Segala itu, Asa satu-satunya adalah: agar mimpi anak muda Indonesia Tak Kembali direnggut oleh ilusi digital yang mematikan.

Baca Informasi dan Artikel yang lain di Google News.

(mo)