Akademi Manajemen Informatika

Google Terancam Lepas Chrome? OpenAI, Yahoo, dan Perplexity Rebutan Jadi Pemilik!

Sumber: Freepik

Sandidharma.ac.id – Bayangin aja, Anda bangun tidur, buka laptop, klik Chrome, dan… Rupanya bukan Kembali Punya Google. Shock nggak sih? Tapi, kenyataannya, skenario ini nggak sepenuhnya mustahil. Browser sejuta umat, Google Chrome, Kembali-Kembali jadi sorotan, tapi kali ini bukan karena update fitur baru, melainkan karena ancaman pemisahan dari Google akibat gugatan monopoli oleh pemerintah Amerika Perkumpulan.

Baca juga: AI Google Gemini 2.0 Flash Tuai Kontroversi, Dapat Hapus Watermark Pada Foto & Gambar

Pemerintah AS, lewat Departemen Kehakiman (DOJ), menganggap Google udah kelewat batas dalam mempertahankan dominasinya di pasar mesin pencarian. Gugatan ini bahkan udah Eksis sejak 2020, dan sekarang makin panas karena pengadilan mulai mempertimbangkan langkah ekstrem: memaksa Google melepaskan Chrome dari ekosistemnya. Dan Rupanya, ide ini nggak Sekadar bikin geger Google aja, tapi juga bikin perusahaan besar lainnya ngiler dari OpenAI Tamat Yahoo, semuanya tiba-tiba pengen punya Chrome. 

Tuduhan Monopoli dan Strategi Google yang “Terlalu Pintar”

Google dituduh memonopoli pasar dengan Langkah mengunci pengguna di ekosistemnya. Salah satu contohnya adalah dugaan pembayaran Sekeliling $20 miliar ke Apple pada tahun 2022, supaya Google tetap jadi mesin pencari default di Safari. Praktik ini dianggap menghambat perkembangan kompetitor lain di bidang pencarian online.

Hakim Amit Mehta udah memutuskan bahwa Google memang terbukti melakukan monopoli. Nah, sekarang pengadilan Kembali cari “remedies” alias Hukuman yang Dapat bikin pasar jadi lebih adil. Salah satu usulan ekstrem yang dipertimbangkan adalah memisahkan aset Krusial Google, seperti Chrome, Google Play Store, bahkan Android, dari mesin pencari Primer mereka, Google Search.

READ  Kini Beli Smartphone Xiaomi Lewat Online Enggak Perlu Takut Tengah

Tentu aja, Google nggak terima begitu aja. 

Google: Chrome Tanpa Google = Internet Amburadul

Google, lewat General Manager Chrome, Parisa Tabriz, menyatakan dengan tegas bahwa memisahkan Chrome dari Google adalah ide yang berbahaya dan Bukan masuk Intelek secara teknis. Menurut Tabriz, Chrome dan Google punya Interaksi saling ketergantungan yang sangat dalam, seperti nasi dan lauk pauk, serta pisahkan mereka, maka rasanya bakal hambar.

Tabriz menekankan bahwa Chrome bukan sekadar browser Lumrah. Ini adalah hasil kerja keras selama 17 tahun dari ribuan engineer dan divisi di dalam Google. Beberapa fitur Primer Chrome, seperti safe browsing, peringatan kata sandi bocor, pembaruan Mekanis, hingga sinkronisasi data semuanya bergantung pada infrastruktur internal Google.

Meskipun mesin inti Chrome Yakni Chromium, ini bersifat open-source dan digunakan juga oleh browser lain seperti Microsoft Edge, Opera, dan Samsung Internet, versi Formal Chrome punya banyak Kelebihan Tertentu. Google bahkan menyebut bahwa lebih dari 90 persen kode Chromium berasal dari tim internal mereka sendiri, sementara kontribusi dari luar dianggap “Bukan signifikan”.

READ  Kereta Otonom Tanpa Rel di IKN Siap Mengaspal 5 Agustus 2024

Intinya, Google mengklaim bahwa hanya mereka yang Dapat mengelola Chrome secara optimal, dan kalau dipisahkan, pengguna Dapat mengalami masalah besar, mulai dari penurunan performa hingga kerentanan keamanan.

OpenAI, Perplexity, dan Yahoo Siap Bertanding Miliki Chrome

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan teknologi lainnya Bahkan Memperhatikan Kesempatan dari situasi ini. Dalam persidangan terpisah, sejumlah tokoh dari OpenAI, Perplexity, dan Yahoo tampil sebagai saksi pihak penggugat dan tanpa sungkan mereka menyatakan minat Kepada membeli Chrome Kalau Google beneran diwajibkan melepasnya.

Menurut Nick Turley, kepala ChatGPT di OpenAI, Kalau Chrome dimiliki OpenAI, maka perusahaan tersebut Dapat menghadirkan pengalaman menjelajah internet yang sepenuhnya berbasis AI. Bayangkan, browser dengan integrasi AI sekuat ChatGPT langsung di dalamnya, Bukan Sekadar membantu mengetik atau menerjemahkan, tapi juga menavigasi web, merangkum artikel, bahkan mungkin Membikin browsing jauh lebih personal.

Perplexity juga mengaku tertarik membeli Chrome. Tetapi mereka lebih berhati-hati. Menurut Dmitry Shevelenko, Chief Business Officer Perplexity, pemilik baru Chrome nantinya Dapat aja mengganggu model open source Chromium atau menurunkan kualitas layanan. Maka dari itu, Perplexity sebenarnya lebih nyaman kalau Chrome tetap dikelola oleh Google.

READ  Ini Manfaatnya Kalau Engkau Punya Modem MiFi

Yahoo, yang kini Kembali berusaha Terbangun dari masa kejayaannya, Memperhatikan kesempatan Kepada ikut Bertanding di pasar pencarian, terutama Kalau Penguasaan Google mulai terkikis lewat pemisahan aset ini. 

Baca juga: Induk Google Bakal Akuisisi Startup Wiz Asal Israel Senilai Rp 529 T

Menanti Putusan Akhir: Agustus 2025 Jadi Penentu

Seluruh drama ini akan mencapai titik krusial pada Agustus 2025, Begitu pengadilan memutuskan Hukuman akhir yang bakal dijatuhkan pada Google. Kalau hakim setuju dengan pemisahan Chrome, maka dunia teknologi bakal menyaksikan salah satu peristiwa paling bersejarah: lepasnya browser terbesar di dunia dari tangan perusahaannya sendiri.

Apa pun hasil akhirnya, satu hal yang Niscaya: kasus ini bakal membawa perubahan besar dalam lanskap internet Mendunia. Mulai dari Langkah kita mengakses informasi, Tamat bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi Bertanding secara adil. Dan tentu saja, nasib Chrome akan jadi sorotan Primer di tengah pertarungan antara kebebasan pasar dan Penguasaan teknologi raksasa.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(mo)