Bill Gates Ramal Mahluk di Masa Depan Hanya Perlu Kerja 2 Hari Seminggu Berkat AI

Sandidharma.ac.id – Bill Gates, pendiri Microsoft sekaligus tokoh teknologi berpengaruh, kembali memantik Percakapan soal masa depan Mahluk dalam dunia kerja.

Dalam sebuah wawancara yang tayang di The Tonight Show Serempak Jimmy Fallon pada Februari 2025, Gates menyampaikan prediksinya yang cukup mencengangkan: di masa depan, Mahluk kemungkinan hanya perlu bekerja dua hari dalam seminggu—Seluruh berkat Sokongan AI alias kecerdasan buatan.

Pandangan Gates ini lahir dari pengamatannya terhadap evolusi teknologi selama beberapa Sepuluh tahun. Ia mengingat masa ketika komputer adalah barang mewah, hanya Dapat diakses oleh segelintir orang. Kini, komputer telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Gates percaya, transformasi serupa akan terjadi pada teknologi AI. Menurutnya, kemampuan yang dulu dianggap langka—seperti kepakaran seorang dokter atau guru terbaik—akan menjadi hal Biasa dan mudah diakses secara gratis melalui sistem AI.

“Dulu kita bicara soal betapa berharganya dokter atau guru hebat. Tapi ke depan, Usulan medis berkualitas dan bimbingan belajar terbaik Dapat tersedia gratis lewat AI,” ujar Gates.

Baca juga: Riset Terbaru: Kolaborasi Mahluk dan AI Tingkatkan Produktivitas Kerja hingga 16,4%

Gates menyebut dunia tengah memasuki era baru yang ia istilahkan sebagai “era kecerdasan gratis.” Era ini ditandai dengan meluasnya akses terhadap AI yang canggih—bukan hanya Kepada membantu, tapi juga mungkin menggantikan sebagian besar peran Mahluk dalam berbagai sektor. Mulai dari diagnosa medis yang lebih Seksama, hingga tutor virtual dan asisten pribadi digital yang siap sedia setiap Begitu.

Lebih lanjut, ia memprediksi bahwa dengan pesatnya perkembangan AI, sistem kerja Mahluk akan berubah drastis. Dalam beberapa Sepuluh tahun ke depan, pekerjaan yang kini memakan waktu lima hingga enam hari Dapat selesai hanya dalam dua atau tiga hari. Hal ini membuka Kesempatan bagi kehidupan yang lebih seimbang—lebih banyak waktu Kepada keluarga, hobi, atau eksplorasi pribadi.

Tetapi, seperti Normal, prediksi Gates ini memantik pro dan kontra. Di satu sisi, ide tentang jam kerja yang lebih pendek terdengar seperti impian banyak pekerja. Sebuah studi di Inggris bahkan menunjukkan bahwa perusahaan yang menguji coba sistem kerja empat hari seminggu mengalami peningkatan produktivitas dan kebahagiaan karyawan. Sebanyak 86% perusahaan dalam studi tersebut memilih melanjutkan kebijakan itu karena hasilnya yang positif.

Baca juga: Jangan Asal Ikut Tren! Waspadai Bahaya Ubah Foto Jadi Animasi AI

Tetapi di sisi lain, muncul kekhawatiran serius. Kritik pertama datang dari sisi struktural: profesi seperti guru dan dokter bukan hanya soal efisiensi, melainkan tentang kebutuhan dasar masyarakat yang selama ini Bahkan kekurangan dukungan. Kurangnya tenaga kerja di bidang tersebut bukan karena teknologinya belum Terdapat, tapi karena kurangnya investasi dan perhatian pemerintah terhadap sektor itu.

Kritik kedua menyasar kemampuan AI itu sendiri. Meski teknologi ini menunjukkan kemajuan signifikan, kualitasnya belum sepenuhnya dapat diandalkan. Contohnya, chatbot AI seperti Gemini dari Google sering muncul di posisi teratas hasil pencarian, Tetapi Enggak jarang memberikan informasi yang keliru atau bias. Dalam dunia medis, algoritma AI memang Bisa mendeteksi pola penyakit tertentu, tapi Lagi berisiko menyamaratakan kondisi pasien yang kompleks dan Aneh.

Gates sendiri mengakui bahwa masa depan AI penuh ketidakpastian. “AI memang membawa gelombang Penemuan, dan saya suka itu. Tapi Lagi banyak yang belum kita ketahui. Apakah kita Dapat mengendalikannya? Apakah manfaatnya Dapat dirasakan Seluruh orang?” tuturnya.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak orang belum sepenuhnya merasakan Pengaruh praktis dari AI dalam keseharian. AI sering kali Enggak serta-merta mengurangi beban kerja, melainkan hanya memindahkan jenis beban tersebut ke bentuk digital. Selain itu, AI juga dikritik karena kecenderungannya menggantikan pekerjaan kreatif—seperti menulis, mendesain, atau Membangun ilustrasi.

Baca juga: Jangan Asal Ikut Tren! Waspadai Bahaya Ubah Foto Jadi Animasi AI

Salah satu isu yang ramai diperbincangkan adalah kemampuan ChatGPT 4.0 dalam menghasilkan gambar bergaya Studio Ghibli dari foto pengguna. Meskipun terlihat menakjubkan, praktik ini memunculkan pertanyaan besar tentang etika dan pelanggaran hak cipta, karena karya seni berlisensi sering digunakan sebagai bahan pelatihan tanpa persetujuan. Meta, perusahaan induk Facebook, juga sempat tersandung kasus serupa karena diduga menggunakan konten bajakan Kepada mengembangkan model AI mereka.

Akhirnya, meski ramalan Gates tentang pekerjaan dua hari seminggu terasa menggiurkan, kita tetap perlu memandangnya dengan hati-hati. AI memang mengubah dunia, tapi apakah perubahan itu membawa kita ke arah yang lebih Bagus atau Bahkan sebaliknya? Hanya waktu yang Dapat menjawabnya.